Penyandang Disabilitas di Indonesia, Beban Masyarakat?

 on Jumat, 19 Februari 2016  

Ya, betul. waktu ini, aku tak menyangkal bahwa tidak sedikit dari penyandang disabilitas itu cuma sebatas beban warga waktu hidup di Indonesia. Beban yg mesti dipikul oleh tiap-tiap pembayar pajak di Indonesia, yg nantinya duit pajak tersebut bakal di-“donasi”-kan supaya para penyandang disabilitas ini sanggup makan, mampu sekolah (biarpun di SLB), & sanggup hidup (biarpun dilihat rendah & membebani orang).

Tapi, pertanyaan aku yakni :

“Apakah kamu tahu siapa yg menyebabkan penyandang disabilitas cuma jadi beban & tak produktif semasa hidup?”

Jawabannya yakni “kita semua”. Kita semualah yg menciptakan para penyandang disabilitas melabeli diri mereka sendiri yang merupakan orang yg “tidak bisa”, dikarenakan kita memandang “mereka” juga sebagai makhluk rendahan, makhluk tak normal, makhluk yg tak layak utk hidup. Padahal, penyandang disabilitas serta manusia.

Apakah kamu tahu? Penyandang disabilitas tidak sedikit yg tak memperoleh akta kelahiran & card keluarga, sebab dianggap tak sanggup buat hidup & tak dapat utk berkontribusi bagi Indonesia.

Alhasil? Ya telah, mindset yg dipunyai pemerintah & umumnya penduduk (termasuk juga si penyandang disabilitasnya serta) masihlah charity based, bukan rights based. Apa perbedaannya?

Ke-2 mindset tersebut bakal aku analogikan seperti ini.

“Lu disabilitas? Oh berarti lu mesti gua bantu sebab gua kasihan dgn lu. Lu diem aja ya di hunian, lantaran gua tau bahwa lu ga dapat apa-apa. Tiap bln lu bakal gua kasih uang segini, makan segini, dsb agar lu sanggup hidup, dikarenakan lu gak dapat bisa hidup kayak orang normal & berkontribusi seperti kita orang normal” – Mindset charity based

“Lu disabilitas?Eh tetapi biarpun lu disabilitas, tetapi gua tau bahwa lu punyai potensi. Bisa Saja lu ga mampu menonton, ga miliki tangan, atau ga sanggup jalan, namun gua tau lu pinter, menjadi gua dapat bantu lu supaya lu sanggup berkontribusi utk Indonesia. Gua bakal ngasih buku braille di seluruhnya sekolah, ngasih sektor miring di tiap-tiap moda transportasi, & pertolongan yang lain. Agar lu mampu hidup dgn aman. Karena gua tau, tiap-tiap manusia itu unik & miliki kelebihan & kekurangannya masing-masing. diluar itu, tiap-tiap manusia serta miliki hak asasi, gak selain lu yg disabilitas.” – Mindset right based

Mencoba kamu bayangkan jikalau pemerintah & warga berganti pola pikir dari charity based ke right based. Aku jamin, disabilitas tak bakal lagi menjadi beban di Indonesia! Kenapa? Lantaran kita mewadahi penyandang disabilitas buat berkontribusi.

Tahukah kamu bahwa jumlah disabilitas di Indonesia itu 13% dari keseluruhan masyarakat? Cobalah kamu hitung, dikarenakan aku sendiri telah enggan menghitung, yg terang, itu yaitu jumlah yg banyak sekali. Sanggup kamu bayangkan potensi pribadi-pribadi tersebut kalau penyandang disabilitas dikasih wadah berkontribusi.

Well, mungkin saja terhadap awalnya, kita dapat menghabiskan dana milyaran atau triliunan utk membangun seluruhnya media seperti buku braille, bagian miring, dll. Tapi bila diliat kembali, dapat lebih menghabiskan duit bila kita cuma mengirim duit bulanan terhadap orang yg tak sanggup berkontribusi & cuma dianggap sbg beban penduduk.

Semestinya kita mempunyai anggapan bahwa disabilitas itu berpotensi. Disabilitas mestinya konsisten didukung utk hidup, tidak dengan punya anggapan bahwa mereka merupakan beban, tapi dianggap setara. Ya, setara juga sebagai manusia yg tetap bisa berkontribusi buat negeri.

Stephen Hawking, orang yg dianggap paling cerdas di dunia ialah penyandang disabilitas. Einstein? Sama. Bahkan Beethoven pula disabilitas.

Sehingga, factor yg mau aku tekankan di sini ialah :

Janganlah rusak potensi orang. Janganlah hingga rusak cuma dikarenakan kita melabeli orang yang merupakan tak normal & tak dapat berkontribusi.

Ingat, penyandang disabilitas miliki potensi, janganlah rusak itu!

Silakan pindai trik pandang kita. Silakan revolusi paradigma kita.

Waktu Ini kita sedang ada dalam persimpangan perubahan. Apakah kamu dapat masih diam dipinggir? Atau mengupayakan ikut menonton & menciptakan perubahan?

Salam.
Penyandang Disabilitas di Indonesia, Beban Masyarakat? 4.5 5 Banana Village Jumat, 19 Februari 2016 Ya, betul. waktu ini, aku tak menyangkal bahwa tidak sedikit dari penyandang disabilitas itu cuma sebatas beban warga waktu hidup di Indones...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.