Detik-detik Menuju Kematian Menurut Sains

 on Selasa, 26 Januari 2016  

Detik-detik Menuju Kematian Menurut Sains
Sengeri apapun kedengarannya, bisa jadi Anda pernah bertanya-tanya: bagaimana rasanya detik-detik menjelang kematian?

Penjelasannya tentu tidak semudah didapatkan dengan bertanya pada orang yang sudah mengalami. Namun, melalui pendekatan sains, sebuah video menjelaskan bagaimana rasa menghadapi kematian.

Seiring dekatnya perayaan Halloween, Anda mungkin sedang gandrung menonton film horor. Kini, coba bayangkan, bagaimana rasanya menghadapi skenario dikejar-kejar pembunuh bersenjata di dunia nyata, contohnya seperti Wendy Torrance yang dikejar suaminya, Jack, dalam The Shining.

Dilaporkan dari Daily Mail, Jumat (30/10/2015), dalam video sains yang diunggah oleh American Chemical Society, penjelasan mengenai bagaimana rasanya hampir mati persis seperti di film-film horor dijelaskan. Meski tak seintens yang ditempilkan di layar.

Pertama-tama, rasa ketakutan akan datang, diikuti dengan respons menghindari ancaman dengan berlari. Rasa takut yang dihasilkan dikontrol dari sebuah gugusan di neuron (bagian dari syaraf si otak yang menentukan cara berkomunikasi), yang membentuk thalamus.

Daerah di otak tersebut sensitif terhadap stres, dan bertindak sebagai sensor psikologis maupun fisik.

"Saat sinyal mencapai area abu-abu periaqueductal, kewaspadaan menyala," jelas suara dalam video.

Rasa ketakutan itu akan membuat Anda 'kaget' dan bertindak sekonyong-konyong, dan Anda entah akan melawan kembali atau lari. Saat itulah, adrenalin dilepaskan dari kelenjar adrenal.

Inilah yang meningkatkan detak jantung, mempertajam indra, dan meningkatkan jumlah energi di tubuh untuk menangani ancaman terhadap diri.

Mendapati ancaman bertubi-tubi yang begitu hebat, seseorang bahkan merespons dengan membeku. Jika Anda berhasil lari dari si pembunuh, bisa jadi Anda akan menjerit-jerit.

"Teriakan berasal dari bagian otak yang berbeda dari bahasa," demikian dijelaskan dalam video.

"Tidak seperti bicara normal, teriakan pindah dari otak ke amygdala, semacam 'unit gawat darurat' dalam otak. Dalam kata lain, seorang yang berteriak mengungkapkan proses ketakutan dalam otak mereka."

Teriakan merupakan insting, dan dalam konteks pertahanan hidup, secara alami mengakibatkan orang lain ketakutan atau bereaksi.

Jika si pembunuh berhasil menangkap Anda, kemudian Anda akan merasakan sakit. Saat terluka itu, neuron yang disebut nociceptors mengirim pesan ke otak, yang disampaikan ke thalamus, yang membantu memikirkan cara menghentikan luka.

"Sekarang, Anda sudah terbaring tak bernyawa," suara dalam video itu terdengar. "Mengasumsikan tidak ada cedara otak parah, pada titik ini secara klinis Anda sudah meninggal."

Namun otak masih akan bekerja. Menurut studi, pada titik ini otak akan tersentak, yang berarti Anda masih sadar. Inilah yang dipercaya seperti fenomena detik-detik menjelang kematian, seperti melihat orang yang sudah meninggal, atau melihat cahaya dari lorong.

Liputan6
Detik-detik Menuju Kematian Menurut Sains 4.5 5 Unknown Selasa, 26 Januari 2016 Sengeri apapun kedengarannya, bisa jadi Anda pernah bertanya-tanya: bagaimana rasanya detik-detik menjelang kematian? Penjelasannya tent...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.